Senin, 07 Januari 2013

Kapan ya Punya Pemimpin Kreatif?

Mendambakan pemerintahan yang energik, kreatif & Strategik

Memasuki tahun 2013, tentunya semua orang mendambakan segala sesuatunya menjadi lebih baik. Jika saja setiap tahun dambaan itu diwujudkan oleh segelintir orang saja, tentu dalam kurun tidak lama, misalkan hitungan 10 tahun, maka bukan saja kita melihat dan merasakan perubahan menjadi lebih baik, tetapi sangat memungkinkan kita menjadi saksi hidup terhadap lompatan – lompatan radikal kemajuan dalam berbagai hal. Padahal proklamator bangsa ini sudah mengatakan, beri saya 10 pemuda kreatif, maka dunia ada ditangan kita, mantap!



Dalam 10 tahun terakhir, ternyata tidak banyak kita berdecak kagum terhadap prestasi diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Apalagi bicara lingkup yang lebih luas. Semakin luas, tentunya semakin kompleks. Karena rumusannya how to simplified all the complexities, maka mau tidak mau hanya kreatifitas sajalah yang harus diusung. Artinya, selama ini usaha kreatif belum terlalu optimal dijalankan. Jika ada yang claim sudah kreatif, maka patut dipertanyakan kembali apa benar kreatifitas yang diusung atau bukan.
Salah satu contoh dari kreatifitas yang sangat kita harapkan adalah pemerintahan yang kreatif. 20 tahun sudah reformasi bergulir. Lompatan apa saja sih yang bisa dibanggakan dari para reformis yang sukses menggulingkan Orde Baru dan saat ini berada di putaran roda teratas nasib baik, ada yang jadi pejabat, tokoh politik, pengusaha dsb. Apa...apa? Ayo apa? Hahaha, susah kan jawabnya.
Jika ukurannya adalah intelektual, tingkat pendidikan dan orang pintar, maka Indonesia tidak kalah dengan bangsa lain. PNS di Pemda kabupaten tertinggal saja sudah banyak yang S2 lulusan universitas ternama. Apalagi pejabatnya, sederet gelar gagah melekat di depan dan dibelakang nama. Tapi jika kita mengukur keberhasilan suatu daerah dalam kurun 10 tahun terakhir, baik hasil maupun penghasil nya, rasanya belum bisa dikategorikan sebagai pemerintahan yang kreatif.
Di negara maju sekalipun, yang bicaranya sudah advance seperti public services yaitu warga di perlakukan seperti pelanggan dalam bisnis, isu lama seperti kemiskinan, kesejahteraan, keadilan, transparansi, akuntabilitas, dll sejenisnya masih menjadi isu utama. Masih menjadi ukuran bagi prestasi dan popularitas personal dalam pemerintahan maupun pemerintahannya itu sendiri. Jadi untuk di Indonesia, bicara hal kreatif adalah bagaimana untuk membuat solusi paling tokcer terkait dengan isu utama tersebut.
Alih – alih membuat solusi, justru saking tidak kreatifnya, banyak pejabat dan aparat menambah isu baru, terkait dengan dirinya, yaitu menjadi abdi negara yang tugasnya meningkatkan kesejahteraan warga negaranya tetapi rakyatnya tidak meningkat, malahan kekayaan sebelum jadi pejabat dan setelah menjadi pejabat jumlahnya meningkat cepat dan pesat, bukankah hebat?
Ah biar sajalah, pejabat hebat seperti itu. Tulisan ini hanya untuk orang – orang yang punya kapasitas menjadi pemimpin dengan niat untuk melakukan lompatan radikal bukan dengan cara revolusional seperti kudeta tetapi cara revolusional melalui pendekatan kreatif. Apa saja yang harus dilakukan?

1. Kreatif Bermimpi
Sebelum jadi pejabat, bermimpilah yang kreatif. Cirinya, kalau berpeluang jadi lurah, bermimpilah jadi camat. Jika berpeluang menjadi camat? Bermimpilah jadi gubernur! Namanya juga kreatif, kok pakai dibatasi. Mimpi saja yang besar sehingga cita – citanya juga besar, sehingga tekadnya juga besar, sehingga sebelum jadi pejabatpun, pemikirannya sudah besar. Dimulai dari berpikir kreatif untuk mencari penyelesaian masalah terkecil. Kemudian karena mimpinya besar, maka dalam kesibukan apapun hingga bengong sebelum tidur, pikiran dan imajinasi terus bergelanggang bebas, berlatih menyelesaikankan isu – isu para pejabat hari ini. Bandingkan dengan cara yang dilakukan tokoh tertentu dengan cara kreatif kita. Itu yang dimaksud kreatif bermimpi. Sehingga bila tiba – tiba Tuhan kehendaki, anda tergelincir masuk ke bursa calon pemimpin, tidak usah bingung lagi bikin program dan kampanye. Gali saja gudang gagasan kreatif hasil dari mimpi – mimpi besar anda selama ini.
Satu catatan dari saya sebelum bermimpi, jangan bermimpi menjadi pejabat untuk mencari kekayaan. Don’t ever dream to rich but how to enrich!
2. Kreatif Berbahasa
Ini salah satu kunci menjadi pemimpin sukses. Kreatif berbahasa. Apa maksudnya sih? Dengar apa kata pemimpin paling kreatif sepanjang zaman, Nabi Muhammad SAW: Berbicaralah dengan bahasa kaum nya. Tips ini lah yang dijadikan inti dari ilmu manajemen marketing modern saat ini. Dalam dunia bisnis, sukses produk dan merek adalah bagaimana memuaskan pelanggan. Customer satisfaction adalah hasil akhir dari sukses memahami pelanggan. Artinya memahami dengan cara mempelajari karakter, sifat dasar, hasrat dan emosi pelanggan sebagai manusia.
Bicara dengan bahasa kaumnya juga berarti menghayati situasi dan kondisi. Jika rakyat masih banyak yang hidup sederhana, berbahasalah dengan menunjukkan kesederhanaan. Tunjukan bahwa kita bukanlah calon pemimpin atau pemimpin yang kemaruk kekuasaan, ingin kaya dan punya potensi korupsi. Kesederhanaan dekat dengan keadilan. Apalagi yang diharapkan dari pemimpin jika bukan keadilannya? Hanya orang yang sanggup sederhana yang akan terbiasa dengan pola pikir kreatif. Karena kretif itu sederhana dan menyederhanakan masalah.
3. Kreatif Bekerja
Bahasa adalah cerminan prilaku. Jika pendekatan sosial komunikasi sudah sederhana maka pola pikir juga tidak rumit dan mampu membaca urusan serumit apapun menjadi sederhana. Pola pikir yang kreatif akan mampu membuat persoalan rumit menjadi sederhana. Jika ini diterapkan dalam berkarya, maka jika bagi orang lain sulit menemukan cara paling solutif, pemimpin yang berpola pikir kreatif akan mampu bekerja dengan pantas, brilian, taktis, best practise mulai dari konsepsi hingga eksekusi. Barulah pantas disebut sebagai creatice executive heuheu.
Kreatif bekerja akan berdampak pada konsepsi, alokasi anggaran, pemilihan tim kerja, suasana dan iklim kerja yang juga kreatif. Ditangan pemimpin kreatif, anggaran 3 milyar bisa dibuat menjadi proyek bermanfaat yang jika dilihat orang seperti proyek 30 milyar! Apalagi proyek 3 Trilyun. Jadi tidak ada itu anggaran rapat saja sampai 1 trilyun. Uang segitu sudah bisa bikin proyek kemandirian ekonomi, proyek kesejahteraan, proyek pemberdayaan pengangguran hingga proyek ESEMKA menjadi proyek otomotif nasional yang bersaing.
4. Kreatif Berkaca
Kata puteri Indonesia 2013, kalau mau terus cantik mempesona harus sering – sering berkaca. Kata A Agym juga begitu, jika ingin menjadi manusia yang baik harus sering – sering berkaca. Kata tukang kaca juga pasti begitu. Setelah berpikir, berkonsep, bekerja dengan kreatif sekalipun, namanya juga manusia, bisa berubah sadar ataupun tidak. Pagi bisa baik, sore jadi tidak baik. Apalagi jadi pemimpin selama 5 tahun periode.
Untuk itu diperlukan senantiasa berkaca diri dengan cara yang juga kreatif. Keberhasilan dianggap sebagai step 1 menuju nilai 10, baru kita katakan berhasil. Apalagi kegagalan, kita anggap pelajaran paling berharga dalam proses keberhasilan yang sempurna di masa yang akan datang. Jadi jika ada kritik, cemoohan, dan apapun yang pedas – pedas, kita jadikan masukan gratisan agar karya, kepemimpinan dan program yang kita buat akan semakin baik dan mantap.
Berkaca juga penting untuk kita tahu, apakah visi ita masih terang atau sudah buram. Kalau sudah buram, baik untuk dikilaukan kembali. Karena yang mau kita buat bukan bayang – bayang kesuksesan tetapi sukses yang diakui oleh siapapun dan kalau bisa menjadi prestasi yang mewakili semua pihak.
5. Kreatif Bertanya
Seringkali, karena sudah terlalu sering berkaca, kita tidak melihat adanya penurunan wawasan atau cara pandang. Ada baiknya kita sering – sering bertanya sebagai bentuk dari kepemimpinan yang kreatif. Lebih baik bertanya duluan daripada ditegur karena kadung salah kebijakan. Dari pada kesandung lebih baik mengacung, seperti murid yang bertanya kepada guru. Anggap saja publik adalah guru terbaik. Yang selalu ikhlas memberi masukan dalam bentuk apapun karena sayang terhadap pemimpinnya yang kreatif.
Daripada banyak rapat internal yang tidak obyektif, lebih baik anjang sana sini, bikin forum informal, terjun ke pasar, masuk ke perkampungan, sarapan pagi bersama, minum kopi sore dengan warga dan kegiatan anti kuper lainnya yang disitu banyak sekali kita mendapat masukan dan juga bisa mempertanyakan tentang program atau kebijakan yang kita sudah buat, atau bertanya tentang tanggapan rakyat mengenai kebijakan atau program yang akan kita buat.
Dari 5 poin masukan kreatif diatas, adakah kiranya pemimpin yang sudah menjalani hal tersebut? Kalau sudah ada, mari kita dukung bersama, agar semakin kreatif dan dalam waktu yang tidak perlu lama, banyak lompatan – lompatan radikal yang dapat kita rasakan, agar kita bisa berdecak kagum, bangga dan semangat ikut – ikutan kreatif di bidang kita masing – masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar