Mendambakan pemerintahan yang energik, kreatif & Strategik
Memasuki tahun 2013, tentunya semua orang mendambakan segala sesuatunya
menjadi lebih baik. Jika saja setiap tahun dambaan itu diwujudkan oleh
segelintir orang saja, tentu dalam kurun tidak lama, misalkan hitungan
10 tahun, maka bukan saja kita melihat dan merasakan perubahan menjadi
lebih baik, tetapi sangat memungkinkan kita menjadi saksi hidup terhadap
lompatan – lompatan radikal kemajuan dalam berbagai hal. Padahal
proklamator bangsa ini sudah mengatakan, beri saya 10 pemuda kreatif,
maka dunia ada ditangan kita, mantap!
Dalam 10 tahun terakhir, ternyata tidak banyak kita berdecak kagum
terhadap prestasi diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Apalagi bicara
lingkup yang lebih luas. Semakin luas, tentunya semakin kompleks.
Karena rumusannya how to simplified all the complexities, maka mau tidak
mau hanya kreatifitas sajalah yang harus diusung. Artinya, selama ini
usaha kreatif belum terlalu optimal dijalankan. Jika ada yang claim
sudah kreatif, maka patut dipertanyakan kembali apa benar kreatifitas
yang diusung atau bukan.
Salah satu contoh dari kreatifitas yang sangat kita harapkan adalah
pemerintahan yang kreatif. 20 tahun sudah reformasi bergulir. Lompatan
apa saja sih yang bisa dibanggakan dari para reformis yang sukses
menggulingkan Orde Baru dan saat ini berada di putaran roda teratas
nasib baik, ada yang jadi pejabat, tokoh politik, pengusaha dsb.
Apa...apa? Ayo apa? Hahaha, susah kan jawabnya.
Jika ukurannya adalah intelektual, tingkat pendidikan dan orang pintar,
maka Indonesia tidak kalah dengan bangsa lain. PNS di Pemda kabupaten
tertinggal saja sudah banyak yang S2 lulusan universitas ternama.
Apalagi pejabatnya, sederet gelar gagah melekat di depan dan dibelakang
nama. Tapi jika kita mengukur keberhasilan suatu daerah dalam kurun 10
tahun terakhir, baik hasil maupun penghasil nya, rasanya belum bisa
dikategorikan sebagai pemerintahan yang kreatif.
Di negara maju sekalipun, yang bicaranya sudah advance seperti public
services yaitu warga di perlakukan seperti pelanggan dalam bisnis, isu
lama seperti kemiskinan, kesejahteraan, keadilan, transparansi,
akuntabilitas, dll sejenisnya masih menjadi isu utama. Masih menjadi
ukuran bagi prestasi dan popularitas personal dalam pemerintahan maupun
pemerintahannya itu sendiri. Jadi untuk di Indonesia, bicara hal kreatif
adalah bagaimana untuk membuat solusi paling tokcer terkait dengan isu
utama tersebut.
Alih – alih membuat solusi, justru saking tidak kreatifnya, banyak
pejabat dan aparat menambah isu baru, terkait dengan dirinya, yaitu
menjadi abdi negara yang tugasnya meningkatkan kesejahteraan warga
negaranya tetapi rakyatnya tidak meningkat, malahan kekayaan sebelum
jadi pejabat dan setelah menjadi pejabat jumlahnya meningkat cepat dan
pesat, bukankah hebat?
Ah biar sajalah, pejabat hebat seperti itu. Tulisan ini hanya untuk
orang – orang yang punya kapasitas menjadi pemimpin dengan niat untuk
melakukan lompatan radikal bukan dengan cara revolusional seperti kudeta
tetapi cara revolusional melalui pendekatan kreatif. Apa saja yang
harus dilakukan?
1. Kreatif Bermimpi
Sebelum jadi pejabat, bermimpilah yang kreatif. Cirinya, kalau
berpeluang jadi lurah, bermimpilah jadi camat. Jika berpeluang menjadi
camat? Bermimpilah jadi gubernur! Namanya juga kreatif, kok pakai
dibatasi. Mimpi saja yang besar sehingga cita – citanya juga besar,
sehingga tekadnya juga besar, sehingga sebelum jadi pejabatpun,
pemikirannya sudah besar. Dimulai dari berpikir kreatif untuk mencari
penyelesaian masalah terkecil. Kemudian karena mimpinya besar, maka
dalam kesibukan apapun hingga bengong sebelum tidur, pikiran dan
imajinasi terus bergelanggang bebas, berlatih menyelesaikankan isu – isu
para pejabat hari ini. Bandingkan dengan cara yang dilakukan tokoh
tertentu dengan cara kreatif kita. Itu yang dimaksud kreatif bermimpi.
Sehingga bila tiba – tiba Tuhan kehendaki, anda tergelincir masuk ke
bursa calon pemimpin, tidak usah bingung lagi bikin program dan
kampanye. Gali saja gudang gagasan kreatif hasil dari mimpi – mimpi
besar anda selama ini.
Satu catatan dari saya sebelum bermimpi, jangan bermimpi menjadi pejabat untuk mencari kekayaan. Don’t ever dream to rich but how to enrich!
2. Kreatif Berbahasa
Ini salah satu kunci menjadi pemimpin sukses. Kreatif berbahasa. Apa
maksudnya sih? Dengar apa kata pemimpin paling kreatif sepanjang zaman,
Nabi Muhammad SAW: Berbicaralah dengan bahasa kaum nya. Tips ini lah
yang dijadikan inti dari ilmu manajemen marketing modern saat ini. Dalam
dunia bisnis, sukses produk dan merek adalah bagaimana memuaskan
pelanggan. Customer satisfaction adalah hasil akhir dari sukses memahami
pelanggan. Artinya memahami dengan cara mempelajari karakter, sifat
dasar, hasrat dan emosi pelanggan sebagai manusia.
Bicara dengan bahasa kaumnya juga berarti menghayati situasi dan
kondisi. Jika rakyat masih banyak yang hidup sederhana, berbahasalah
dengan menunjukkan kesederhanaan. Tunjukan bahwa kita bukanlah calon
pemimpin atau pemimpin yang kemaruk kekuasaan, ingin kaya dan punya
potensi korupsi. Kesederhanaan dekat dengan keadilan. Apalagi yang
diharapkan dari pemimpin jika bukan keadilannya? Hanya orang yang
sanggup sederhana yang akan terbiasa dengan pola pikir kreatif. Karena
kretif itu sederhana dan menyederhanakan masalah.
3. Kreatif Bekerja
Bahasa adalah cerminan prilaku. Jika pendekatan sosial komunikasi sudah
sederhana maka pola pikir juga tidak rumit dan mampu membaca urusan
serumit apapun menjadi sederhana. Pola pikir yang kreatif akan mampu
membuat persoalan rumit menjadi sederhana. Jika ini diterapkan dalam
berkarya, maka jika bagi orang lain sulit menemukan cara paling solutif,
pemimpin yang berpola pikir kreatif akan mampu bekerja dengan pantas,
brilian, taktis, best practise mulai dari konsepsi hingga eksekusi.
Barulah pantas disebut sebagai creatice executive heuheu.
Kreatif bekerja akan berdampak pada konsepsi, alokasi anggaran,
pemilihan tim kerja, suasana dan iklim kerja yang juga kreatif. Ditangan
pemimpin kreatif, anggaran 3 milyar bisa dibuat menjadi proyek
bermanfaat yang jika dilihat orang seperti proyek 30 milyar! Apalagi
proyek 3 Trilyun. Jadi tidak ada itu anggaran rapat saja sampai 1
trilyun. Uang segitu sudah bisa bikin proyek kemandirian ekonomi, proyek
kesejahteraan, proyek pemberdayaan pengangguran hingga proyek ESEMKA
menjadi proyek otomotif nasional yang bersaing.
4. Kreatif Berkaca
Kata puteri Indonesia 2013, kalau mau terus cantik mempesona harus
sering – sering berkaca. Kata A Agym juga begitu, jika ingin menjadi
manusia yang baik harus sering – sering berkaca. Kata tukang kaca juga
pasti begitu. Setelah berpikir, berkonsep, bekerja dengan kreatif
sekalipun, namanya juga manusia, bisa berubah sadar ataupun tidak. Pagi
bisa baik, sore jadi tidak baik. Apalagi jadi pemimpin selama 5 tahun
periode.
Untuk itu diperlukan senantiasa berkaca diri dengan cara yang juga
kreatif. Keberhasilan dianggap sebagai step 1 menuju nilai 10, baru kita
katakan berhasil. Apalagi kegagalan, kita anggap pelajaran paling
berharga dalam proses keberhasilan yang sempurna di masa yang akan
datang. Jadi jika ada kritik, cemoohan, dan apapun yang pedas – pedas,
kita jadikan masukan gratisan agar karya, kepemimpinan dan program yang
kita buat akan semakin baik dan mantap.
Berkaca juga penting untuk kita tahu, apakah visi ita masih terang atau
sudah buram. Kalau sudah buram, baik untuk dikilaukan kembali. Karena
yang mau kita buat bukan bayang – bayang kesuksesan tetapi sukses yang
diakui oleh siapapun dan kalau bisa menjadi prestasi yang mewakili semua
pihak.
5. Kreatif Bertanya
Seringkali, karena sudah terlalu sering berkaca, kita tidak melihat
adanya penurunan wawasan atau cara pandang. Ada baiknya kita sering –
sering bertanya sebagai bentuk dari kepemimpinan yang kreatif. Lebih
baik bertanya duluan daripada ditegur karena kadung salah kebijakan.
Dari pada kesandung lebih baik mengacung, seperti murid yang bertanya
kepada guru. Anggap saja publik adalah guru terbaik. Yang selalu ikhlas
memberi masukan dalam bentuk apapun karena sayang terhadap pemimpinnya
yang kreatif.
Daripada banyak rapat internal yang tidak obyektif, lebih baik anjang
sana sini, bikin forum informal, terjun ke pasar, masuk ke perkampungan,
sarapan pagi bersama, minum kopi sore dengan warga dan kegiatan anti
kuper lainnya yang disitu banyak sekali kita mendapat masukan dan juga
bisa mempertanyakan tentang program atau kebijakan yang kita sudah buat,
atau bertanya tentang tanggapan rakyat mengenai kebijakan atau program
yang akan kita buat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar